Sunday, July 11, 2010

Study Tour 2010

Pada tanggal 14-16 Juni 2010, OSIS sekbid Entertech dari SMAK 3 Penabur Jakarta mengadakan kegiatan yang bernama Study Tour. Kegiatan ini dilaksanakan di Pulau Pramuka (Kepulauan Seribu) dan diikuti oleh 20 orang.

• Senin, 14 Juni 2010

Pada tanggal 14 Juni, kami semua berkumpul di sekolah untuk berangkat ke Dermaga Muara Angke. Dengan didampingi oleh Bpk. Gentur dan Ibu Audry, kami memulai perjalanan kami dari Muara Angke dengan menggunakan kapal motor menuju Pulau Pramuka. Perjalanan itu ditempuh dalam waktu 2 jam 30 menit, cuacanya cerah dan kami sangat menikmati perjalanan tersebut. Sesampainya di sana kamipun dijemput di dermaga dan kami dibawa ke wisma tempat kami menginap tidak jauh dari dermaga. Sesampainya di wisma kami disambut dengan segelas es kelapa yang menyegarkan dahaga kami setelah menempuh dua setengah jam perjalanan kami. Setelah pembagian kamar, kami mendengarkan sedikit penjelasan mengenai Pulau Pramuka.

Setelah mendengar penjelasan itu kami diajak untuk melihat tempat penangkaran penyu sisik, penyu sisik adalah hewan yang terancam punah, dan seringkali telur-telurnya diambil oleh segelintir orang-orang yang tak bertanggung jawab untuk dijual. Di sana kami dijelaskan bagaimana proses penangkaran tersebut dilakukan, mulai dari pengambilan telur, penetasan hingga pelepasan kembali ke laut. Kemudian acara dilanjutkan dengan permainan outbond yaitu flying fox yang cukup menegangkan. Kami semua sangat menikmati permainan tersebut. Setelah itu kami semua bermain di pantai, ada pula yang memanfaatkan kesempatan itu untuk bermain canoe. Tanpa terasa hari sudah gelap dan kami pun kembali ke wisma untuk membersihkan diri dari pasir pantai. Setelah itu hidangan makan malam telah tersedia, dan kami pun menyantap hidengan tersebut. Setelah makan malam kami agak kecewa karena acara memancing kami terpaksa ditunda, dikarenakan cuaca buruk. Sehingga sehabis makan kami pun langsung bersiap untuk beristirahat dan tidur.

• Selasa, 15 Juni 2010

Pada hari kedua, Selasa, 15 Juni 2010 kami melakukan pengenalan ekosistem padang lamun dan penanaman lamun dengan menggunakan sistem TERFS di pagi hari. Sistem TERFS adalah penanaman lamun dengan menggunakan kerangka yang terbuat dari besi. Lamun diikat atau direkatkan pada kerangka dengan menggunakan kertas tissue. Hal itu dilakukan agar lamun dapat terlepas dari kerangkan dengan mudah sehingga para petani lamun tidak perlu ke laut kembali untuk melepaskan ikatannya. Setelah diikat kerangka tersebut akan dibawa ke laut untuk diletakan. Setelah kira-kira 3 bulan para petani akan kembali ke tempat mereka menaruh kerangka tersebut dan mengambil kerangka yang telah mereka letakkan. Mereka mengangkat kerangka tersebut sebab lamun sudah tertanam dengan baik di dalam pasir sehingga tidak membutuhkan kerangka lagi sebagai media tanamnya. Lamun dapat digunakan sebagai penghambat abrasi serta sebagai penghambat datangnya ombak. Setiap orang mencoba melakukan penanaman lamun setelah diberikan contoh dan mendapatkan keterangan serta penjelasan dari bapak instruktur. Dua orang di antara kami ikut bersama bapak instruktur untuk meletakan kerangka yang telah ditanam dengan lamun ke dalam laut.

Setelah melakukan pengenalan dan penanaman lamun kami semua melanjutkan kegiatan berikutnya yaitu pengenalan alat snorkeling dan diving. Alat yang digunakan ketika melakukan snorkeling adalah masker, fin, dan alat snorkel. Alat yang digunakan untuk diving tidak berbeda jauh dari snorkeling. Alat-alat tersebut adalah fin, masker, tabung oksigen, octopus dan alat snorkel. Setelah mengenal alat yang digunakan kami semua berangkat dengan menggunakan perahu untuk pergi latihan snorkeling dan diving. Kami semua pergi ke Pulau Semak Daun untuk latihan diving dan snorkeling. Sesampainya di sana kami langsung menggunakan alat-alat untuk snorkeling serta pelampung dan berlatih menggunakannya. Kami dibagi menjadi beberapa kelompok yang setiap kelompok terdiri dari 3-4 orang. Setiap kelompok dibimbing oleh seorang pelatih. Kami diajarkan bagaimana cara menggunakan alat snorkel yang benar, cara menggerakan kaki yang benar dengan menggunakan fin, serta cara bernafas dengan mulut. Bapak pelatih mengatakan bahwa jika kita telah menguasai cara snorkeling yang benar maka tidak sulit bagi kami untuk menguasai cara diving. Sebab gerakan ketika melakukan snorkeling merupakan gerakan dasar untuk melakukan diving. Perbedaannya hanya bernafas dengan menggunakan tabung oksigen bagi diving.

Kami pun melakukan latihan diving setelah dirasa telah mampu melakukan snorkeling dengan baik. Ketika semua peserta telah melakukan latihan diving kami semua kembali ke kapal untuk pergi ke tengah laut. Sesampainya sampai di tengah lautan kami semua menggunakan peralatan snorkeling untuk melakukan snorkeling. Kami semua pun turun ke laut dan melihat banyak sekali terumbu karang yang indah. Selain itu kami juga dapat melihat beraneka ragam jenis ikan di laut yang sangat indah dan cantik. Ada ikan yang berwarna-warni yang berenang di sekitar kami. Akhirnya kami semua kembali ke kapal setelah merasa cukup melakukan snorkeling untuk mencoba diving di sana. Tetapi karena banyak ubur-ubur yang menyengat, kami pun tidak dapat melakukan diving. Kami kembali ke kapal untuk melanjutkan perjalanan kami.

Kemudian kami melakukan pembuatan transplatasi karang hias dan juga melakukan pengenalan dengan karang hias. Penanaman yang kita lakukan yaitu dengan menggunakan semen. Bibit termbu karang ditempelkan pada terumbu karang yang sudah mati dengan semen. Setelah ditempelkan maka terumbu karang tersebut diletakkan kembali ke dalam laut. Terumbu karang berfungsi sebagai tempat hidup ikan-ikan kecil dan juga tempat makanan ikan-ikan. Untuk mengenali apakah kondisi terumbu karang di suatu tempat baik atau tidak sangatlah mudah. Jika di tempat tersebut banyak bulu babi maka terumbu karang yang ada di sana banyak yang sudah mati.

Lalu kami melakukan kunjungan ke lokasi budi daya kelautan. Di sana kami dapat melihat serta mengenal berbagai macam ikan. Akhirnya setelah melakukan berbagai kegiatan kami pun kembali ke penginapan dengan menggunakan perahu.

• Rabu, 16 Juni 2010

Pada hari ketiga yaitu Rabu, 16 Juni 2010, kami berkesempatan untuk mengunjungi sebuah tempat rehabilitasi Elang Laut dan Elang Bondol. Pada awalnya kami berencana untuk mengunjungi Pulau Putri, di mana di sana kita dapat melihat aquarium bawah laut yang sangat mempesona. Namun, ternyata Pulau Putri sedang dalam tahap renovasi.

Di pagi hari seperti biasa, kami bersiap-siap untuk keberangkatan dari dermaga Pulau Pramuka. Lalu kami menempuh perjalanan selama kurang lebih 50 menit menaiki kapal ojek antar pulau khas Kepulauan Seribu untuk mencapai Pulau Kotok Besar. Sesampainya di sana kami disambut dengan peringatan keras agar kami tidak berisik. Hal itu ditujukan untuk menjaga emosi para elang yang direhabilitasi di sana. Kalau ada suara yang gaduh, maka elang-elang akan merasa stress. Kemudian kami juga disambut beberapa pemuda yang berasal dari sebuah yayasan perlindungan hewan di Jakarta, yaitu Jakarta Animal Aid.
Kemudian mereka menjelaskan asal usul elang-elang yang direhab disana. Mereka kebanyakan berasal dari hasil titipan, sitaan, bahkan korban perilaku-perilaku manusia yang tidak benar. Ada elang yang telah kehilangan sayapnya, bulunya, maupun kakinya. Sehingga mereka tak dapat lagi terbang bebas seperti elang-elang pada umumnya. Singkat kata, mayoritas elang di sana itu adalah cacat.

Di sana para elang itu diberikan “sekolah” agar mereka dapat kembali lagi dilepas ke alam bebas. Pada awalnya, elang yang baru mereka dapatkan diperiksa dulu kesehatannya. Kemudian mereka diletakan pada kandang yang sudah diberi ikan mati sebagai makanan mereka. Kemudian mereka diberikan ikan yang hidup. Hal itu ditujukan untuk melatih ketangkasan mereka dalam mencari makan di alam bebas. Kemudian mereka dipindahkan di sebuah kandang pra-rilis yang terletak di tengah laut. Ikan sebagai makanan mereka di letakan di sebuah keramba. Kandang ini difungsikan agar elang dapat beradaptasi dengan lingkungannya nanti dan juga dapat mencari makan sendiri yaitu di laut bebas. Setelah “Lulus Sarjana”, mereka baru dapat dilepasliarkan. Namun tidak semudah melepas burung, mereka harus dilepaskan di pulau kosong, agar aktivitas mereka masih bisa dipantau.

Selesai mengunjungi Pulau Kotok Besar, kami kembali lagi ke Pulau Pramuka, lalu bersiap-siap untuk pulang. Tepat pukul 13.30, sebuah kapal kayu yang akan mengantar kami pulang ke Jakarta datang. Setelah menempuh perjalanan sekitar dua setengah jam di laut, kami akhirnya kembali menginjak daratan Jakarta, yaitu Pelabuhan Muara Angke. Di situlah kami berpisah satu dengan yang lain.

No comments: